Showing posts with label art theory. Show all posts
Showing posts with label art theory. Show all posts
Sastra Sebagai Sebuah Dunia
Pascale Casanova
Penerjemah: Noor Cholis
Pelanggan: Tuhan membuat dunia hanya dalam enam hari dan kamu, kamu tak bisa membuatkan aku celana panjang dalam enam bulan!
Penjahit: Tapi, bos, lihat dunia, dan lihat celanamu.
dikutip oleh Samuel Beckett
Jauh, jauh darimu sejarah dunia membentang, sejarah dunia jiwamu.
Franz Kafka
Tiga pertanyaan. Mungkinkah menjalin kembali ikatan yang sudah hilang antara sastra, sejarah dan dunia, sambil tetap memelihara pengertian penuh tentang keunikan teks-teks sastra yang mustahil ditawar? Kedua, bisakah sastra itu sendiri dipahami sebagai sebuah dunia? Kalau bisa, mungkinkah penjelajahan atas wilayahnya akan membantu kita menjawab pertanyaan nomor satu?
Tubuh-Tari dan Tubuh-Teater Masa Kini (tubuh dari antropologi budaya lisan)
Tubuh manusia telah menjadi tari dan teater sekaligus, begitu dia berjalan menghadapi dunia luar yang adalah peta bergerak bagi berbagai simpul kepentingan dan konflik. Sudah sejak lama manusia begitu tergoda pada tubuhnya sendiri. Melalui berbagai gelombang peradaban, godaan itu menggiring manusia mencari bayangan sakral Tuhan sekaligus mencari kepuasaan karnal dirinya lewat tubuhnya sendiri. Dan tubuh adalah ihwal yang mengalami bentukan budaya dari berbagai nilai, yang pada gilirannya memperlihatkan bagaimana manusia mengalami kesulitan dalam membaca tubuhnya sendiri. Semua peradaban manusia berkaitan langsung dengan kelebihan, keterbatasan maupun pengagungan tubuh manusia, sejak dari militerisme, seni, filsafat hingga ke kosmetika.
Berkembangnya Seni Tradisi Tayub di Era Global
By Unknown 9:38:00 AM
art theory, jawa timur, seni pertunjukan, seni prtunjukan rakyat, sosial budaya, tandak, tayub
Arus globalisasi dan perkembangan informasi dan komunikasi yang cepat terkadang berdampak pada menurunnya popularitas pertunjukkan rakyat. Meski menghadapi tantangan seperti itu, pertunjukkan tayub di Blora masih bertahan dan bahkan berkembang seiring dengan zamannya. Demikian hasil kajian Sri Rochana Widyastutieningrum, S.Kar., M.Hum saat ujian doktor hari Selasa (28/3) di ruang seminar Sekolah Pascasarjana UGM.
Menurut Sri Rochana, sebagai seni pertunjukkan rakyat yang dianggap pinggiran, tayub merupakan seni pertunjukkan yang memiliki bentuk kasar dan sederhana. Dalam perkembangannya bentuk kesenian ini ternyata mampu menjadi pertunjukkan seni yang lebih tertata dan menarik.
SENIMAN SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
Kesenimanan.
Yang dimaksud seniman di dalam pembahasan ini bukanlah sekedar istilah sebagaimana yang biasa dipergunakan oleh siapa saja yang merasa bisa melakukan kegiatan seni tertentu. Seperti misalnya orang yang bisa menari, bisa menabuh gender, atau bahkan tukang ngamen yang sering menyebut dirinya seniman jalanan. Dalam pembahasan ini berusaha melihat seniman lebih sebagai disiplin. Dan oleh karena itu maka predikat seniman mengandung pertanggung jawaban serta konsekuensi profesi yang tidak dapat dimiliki oleh setiap orang. Bahkan oleh mereka-mereka yang telah lama hidup di dunia seni sekalipun. Apalagi dengan semakin berkembangnya spesifikasi kajian dalam ilmu pengetahuan termasuk dalam hal ini seni, mengembangkan pula bidang-bidang keahlian/profesi dalam disiplinnya. Dalam seni misalnya ada yang disebut kritikus seni, peneliti seni, seniman. guru/ pelatih seni, dst.