NASKAH SENPER "KABHIN NGODHA" (KAWIN MUDA)


Naskah
Seni Pertunjukan Tradisi
Taman Mini Indonesia Indah
April – 2016

Judul
Kabin Ngodha
Tema
Kritik Sosial sebuah budaya yang mengakar pada kehidupan masyarakat madura tentang perkawinan anak di bawah umur serta kekerasan verbal dan fisik yang kerap terjadi di dalam sebuah rumah tangga
Sinopsis
aku hanya anak perempuan semata wayang yang harus menuruti kata eppa’
walau disisi lain emak selalu terisak menyaksikan kebekuan raut muka ku
haruskah adat dan tradisi membelenggu hidup ku
tapi apapun itu aku harus menjalani sebagai bukti dharma yang di junjung tinggi turun temurun

Keceriaan ku telah pupus
masa muda ku tak pernah aku rasa
cita yang ingun ku gapai sirna tak bertuan
adat yang mengungkung ku tak mampu aku melepas diri
hanya tatapan hampa ku yang tak lagi berujung


Gaya Penyajian
Ludruk lepas

Medium Adat Tradisi yang dikemas

Seni Pertunjukan Rakyat Sandur
Upacara Adat Pengantin Sampang Mokka Bhleber
Lagu ghai’ bintang
Lagu Mellase Ate
Lagu Du Angin


                                                             Ringkasan Cerita
Sarropa seorang anak perempuan yang berusia 16 tahun harus memulai hidup berumah tangga dengan lelaki sekampung (salim) pilihan bapaknya (pak Matrawi), namun sarropa tak ingin dia terlalu cepat kawin karena keinginannya yang kuat untuk melanjutkan sekolahnya. Sementara ibunya (sumiati) berusaha membujuk sang buah hatinya lantaran takut pada suaminya walau sebenarnya dia juga tidak setuju dengan niat matrawi yang ingin mengawinkan anaknya yang masih seumur jagung tersebut.
Karakter matrawi yang keras itu tak bisa mengubah ketetapan hatinya untuk mengawinkan anak semata wayangnya dengan anak kepala desa (klebun) itu karena ingin anaknya tidak di sebut perawan tua di kalangan kerabat maupun para tetangga. Sumiati yang melihat anaknya sering melamun tak jarang pula menangis akhirnya tak kuasa lagi untuk membujuknya, sehingga dia  memberanikan diri untuk mengutarakan hal ini pada matrawi agar perkawinan itu di batalkan. Apa daya seorang ibu tetaplah seorang ibu yang menyayangi anaknya begitu tulus sebagaimana ia mengandung dan melahirkan sang buah hati dengan nyawa menjadi taruhannya. Tak terelakkan lagi terjadilah pertengkaran antara Matrawi dan sumiati.
Di sisi lain ternyata sarropa telah mempunyai kekasih lain (Mattahir) yang ia cintai begitu tulus dan selalu mendukungnya untuk menggapai cita-cita sarropa menjadi seorang guru kelak. Mengetahui hal itu matrawi, salim serta bapak salim (Dul Bari)  marah besar. Dengan segala siasat dan tipu muslihat akhirnya mereka berhasil menyingkirkan Mattahir dari kehidupan sarropa. Perasaan berkecamuk di hati sarropa dan kesedihannya karena ditinggal kekasih yang ia cintai tak lagi menjadi alasan untuk menolak keinginan bapaknya untuk segera menikah dengan salim.
Acara pernikahan pun terlaksana dengan penuh kegembiraan di hati matrawi dan salim tapi justru sebaliknya tidak bagi sarropa. Tapi apapun itu adat yang mengungkung setiap sendi kehidupan sarropa tak mampu ia tolak walau hatinya memberontak. Mokka blabhar pun berjalan sebagaimana mestinya dalam sebuah pernikahan hingga hiburan semalam suntuk Sandur Panggilan klebun.




ADEGAN 1
Di sebuah teras rumah yang berdinding bambu, keserderhanaan begitu kental di rumah matrawi yang notabene seorang makelar sapi. Hanya meja dan kursi kayu usang yang menghiasi teras itu, dan terdapat bale kecil yang ditempatkan pada pojok rumah yang biasanya tempat anak gadisnya Sarropa menghabiskan waktu keseharian dengan membatik.

Matrawi                      : (dengan muka masam duduk di kursi ), .... hhhhh punya anak gadis jaman sekarang susah diatur.  Tidak seperti jamanku dulu ... semua serba nurut sama orang tua dan sekarang .... aku bisa hidup bahagia ... lahirlah si kecil ... aku kembali bahagia ... semua telah berubah di jaman ini. (menggelengkan kepala keheranan ) ......  orang tua mana yang tidak ingin  anaknya hidup bahagia ... orang tua mana yang ingin anaknya menderita ... porallaaa coong ... apalagi sekarang, si sarropa anakku satu-satunya, sudah tidak mau lagi mendengar kata-kata ku ...  padahal aku selalu mencarikan jodoh buat anakku si sarropa susah payah buat kehidupan dia ke depan, si salim secara bibit, bebet, bobot sudah tidak diragukan lagi beda lagi ma si Mattahir, hahhhh  ...bibit, ya jelas orang tua pasti senang klo anak perempuannya punya suami anak kepala desa, klebun, apalagi aku, sudah tentu merasa bangga punya bhisan klebun, si sarropa akan mendapatkan kehormatan yang tinggi dari penduduk desa ini, jika dengan mattahir ... porallaaa conggg ... dia cuman anak tukang batu yang belum pasti hasilnya ... bebet, yang nama klebun jelas ekominya lebih terjamin, mulai makan, minum, pakaian, rumah dan kebutuhan lainnya jelas terjamin, kalau dengan Mattahir ... astaganaga bujuk rajheh ... apa anakku dikasih makan batu, terus tidur di kandang? Adooo palang itu  .... Bobot, si Salim sudah lulusan sarjana ... bukan sarjana muda lagi tapi sarjana tua ...anak muda sekarang bilang Keren euy beda dengan mattahir boro2 kuliah sekolah paling tinggi aja cuman SMP, ... mo makan apa nanti bhingggg ....
                                    Ahhhh .... mana lagi si sumiati ini ... sum ... summ ... suuummmm
Sumiati                       : (tergopoh-gopoh dari karena baru tahu suaminya pulang ) ada apa kak ... aku lagi di dapur ....
Matrawi                      : Mana kopinya sum ....
Sumiati                       : ya ini sudah aku bawakan kak ... duhhh laaaa kaburu ... ni diminum (seraya memberikan secangkir kopi pada suaminya matrawi)
Matrawi                      : hehhh ... begini sum ... kamu sudah bicara pada sarropa belum, tentang keinginan kita untuk menjodohkan anak kita si sarropa itu dengan Salim anak kak dul bari... klebun terhornat itu ? ...
Sumiati                       : adooo sudah kak ... tapi ya mau gimana lagi kak, sarropa itu katanya sudah punya pilihan lain ... Mattahir ... kak
Matrawi                      : (sambil berdiri dengan menggebrak meja) mattahir ... mattahir lagi ... anak tokang batu itu ... apa dia belum tahu kalau si sarropa akan kita kawinkan dengan Salim, sudah sarjana ... anak klebun lagi .... kurang apa si salim itu, kalau anakmu si sarropa itu jadi sama salim kita tak lagi kekurangan sum ...
Sumiati                       :  kak ... sarropa itu mau sekolah ... mau meneruskan cita2 nya jadi guru ... kak (menghela nafas) ..... aku kasian lihat sarropa kak ... dia berhak medapatkan haknya sebagai anak .... sekolah ... meraih cita citanya ... kalau itu didapat sarropah kita juga kan yang senang kak ... bukan orang lain bukan tetangga ... bukan siapa-siapa kak ... kita kak yang senang
Matrawi                      : cokop sum .... kamu tidak usah usah menggurui ku dengan ceramah kamu itu ... saropa itu cuman anak perempuan sum sama seperti kamu ... yang kerjanya hanya dirumah, dapur sum ... dapur ... kalau urusan makan apa kata suami sum .... ngarteh sum ( membentak)
Sumiati                       : (menangis) kak ... kalau kakak menyamakan sarropah dengan aku ibunya aku terima karena dia darah daging ku ... tapi kalau sarropah disamakan dengan nasib ku aku tidak terima kak ... dulu aku tidak pernah sekolah ... aku cuman perempuan bodoh yang bisanya hanya masak dan bikin kopi ... tapi sebagai seorang ibu aku nggak mau anak ku sama seperti diriku ... dia harus jadi orang kak ... dia harus pandai ... punya kerja tidak seperti ibunya yang bodoh ini ....
Matrawi                      : itu sum yang aku inginkan pada sarropa anak ku kalau dia kawin sama salim anak kak dul bari dia akan kaya sum ... dia akan jadi orang ... warga desa ini akan hormat sama dia ...
Sumiati                       : tapi sarropah tidak mencintai salim kak ... cinta dia itu untuk mattaher , laki-laki yang selalu mendukung cita-citanya ...
Matrawi                      : pokoknya aku tidak mau tahu ... sarropa hanya bisa kawin dengan salim ... dan secepatnya kawin ... urusan sekolah itu nggak ada masalah ... sekolah tidak pernah memberi makan sarropah kalau bayar mahal iya ... tapi salim yang akan memberi sarropah makan ... (menunjuk ke isterinya ) sudahlah kamu ke dapur sana aku sudah lapar .... (seraya masuk ke dalam rumah)


ADEGAN 2
(suasana berganti ceria ) ( alunan lagu “Duh Angin “ mengalun lembut dan kontras  sementara para penyanyi dan penari melenggang dan tampak sarropa sedang asik masyuk dengan mattaher di sebuah bangku panjang

Mattaher                    : sarropa ..... ( tampak malu-malu dengan duduk sama2 membelakangi) ...sarropa ...
Sarropa                       : iya ..... ( tersipu malu seraya memainkan selendangnya )
Mattaher                    : apa kabar dirimu ......... sayang
Sarropa                       : kabar diriku baik-baik saja ,,,, mbeeebbbb ....
Mattaher                    : sarropa ... sudah sekian lama kita memadu benang kasih sayang ini dengan hati .... kau adalah purnama di hatiku ... pahhh, .... oh iya maafkan aku ... aku terlambat datang kesini  tadi ,,, maaf kan aku ... my darling
Sarropa                       : (dengan muka merengut) selalu begitu .... terlambat itu budayamu ...
Mattaher                    : maafan aku sayang ....
Sarropa                       : maaf ... maaf ... maaf ... kamu selalu mengatakan itu ... ( besikap manja) ... sekali-kali aku dirayu, aku kan pacarmu
Mattaher                    : sarropah .... kalau kamu marah ... kamu semakin cantik ....
Sarropa                       : (marah) konvensional ... sudah usang bahasamu ... aku bukan penjual manisan
Mattaher                    : sarropa ... kaulah pembangkit jiwa dan penerang hatiku ... sungguh sarropa
Sarropa                       : huuhhh ... emang aku pegawai listrik yang menerangi hidupmu ... tak usah ya ...
Mattaher                    : seandainya engkau gunung fujiama aku rela menjadi angin yang akan membelai belai punggungmu yang putih dan halus itu ...
Sarropa                       : seandainya aku angin
Mattaher                    : aku akan jadi burung yang selalu terbang diatasnya menjelajahi mukamu yang mulus tanpa jerawat ...
Sarropa                       : seandainya aku jadi burung
Mattaher                    : aku akan jadi pemburunya, aku akan tembak tubuhmu yang elok menawan hati dan akan kubawa pulang sebagai penghias rumahku
Sarropa                       : seandainya aku tembak ...
Mattaher                    : pelurunya aku yang selalu hangat dalam pelukanmu
Sarropa                       : enak saja ... aku bukan ilmu pengetahuan alam yang bisa dirubah seenak dengkul mu ....
Mattaher                    : maksud aku kau segala-galanya bagiku sarropa ... kau cintaku ... kau hidupku ... dan kau pun kematianku


ADEGAN 3
Musikal ( ref ) samper nyecceng bathek madure, klambi koneng kak kelir madura ......
3 juru layar sebagai warga desa masuk panggung ( slamin, marbuah dan maryamah)  dan melihat keasikan sepasang kekasih memadu kasih ....
Slamin dan sarinten yang baru pulang dari mencari rumput sementara salimah dari pasar berpapasan .... yang akhirnya sedang bergosip ria dan sengaja menyindir sarropa yang dari tadi duduk bicara dengan mattaher di belakangnya ....

Slamin                         : maryamaaaaahhhh ......... hi apa kabar ...
Maryamah                  : simiiinnnnn ... hihihihihi baik min ... slamin ... marbuah kalian apa kabar
Slamin                         : aku baiiikk .... aduh kamu tambah cantik ... muka mu tambah cenal cenull nul .. nul ..nul ....
Marbuah                     : iya mar ... aduhh kulit kamu lembut ... jadi putih ... dan (seraya melihat perhiasan yang dipakai maryamah  dengan mimik menganga) min ... minnn lihatlah yang dipakai maryamah ... haaaaa OMG
Slamin                         : OMG ? luk ... luk .. ‘ah ... marbuah emang apa itu OMG
Marbuah                     : ssttt diem min ... kamu jadi orang jangan bego gitu minn ... nih aku kasih tahu ... OMG itu artinya Ongghu Mak Genna minnnn ....
Slamin                         : oohhh .... ( dengan tampang blo’on seraya menuju ke maryamah ) maryamah ... kamu tambah cantik ya semenjak juragan garam itu mengawini kamu ... biar tua tapi tajiiirrr ... hidup kamu tambah makmur ...
Maryamah                  : min ... dari dulu aku kan cari yang gitu min ... biar nggak serba kekurangan terus ...
Marbuah                     :  enak juga ya kalau punya suami kaya raya semua bisa di dapat ...
Slamin                         : ya iyalah bu’ah beda sama kamu baju aja bau minyak slamin .... ehhh ... minyak samin ... tapi hal itu beda sama si ropah ... emangnya belum tahu berita terkini ... teraktual ... tertajam setajam .... clurit ...
Maryamah                  : (sambil nyolek bahu slamin sambil berkedip isyarat akan keberadaan sarropa yang sejak dari tadi berada di tempat yang sama)biasa aja kali minnnn ....
Slamin                         : bo abbeee poralla  ... memang kalian belum pada tahu
Maryamah + marbuah: tahu apaannnnn .... minnnnn
Slamin                         : dia lebih memilih kandang ketimbang istana ...
Maryamah + marbuah: haaaa hhhh ??? (ternganga bengong ...)
Slamin                         : dia itu mau dinikahi oleh anak klebun ... cak salimmm (agak manja)... dan parahnya lagi dia hanya mau dengan anak tukang batu .... paek eber ciiinnnn .....
Marbuah                     : astanah bujuk rajheeee .... nyoon sapora guste .... adddoooo ropah ... ropah ... sudah cantik ... putih ... kenapa mau sama anak tukang batu itu .... dikasih apa nanti klo kawinnn .... memangnya sarropah mau di kasih mas kawin kolor sama seperangkat alat tukang batu .... aaaduuu mbuuukkkk ....
Maryamah                  : palang itu si sarropah ... coba seandainya dia mau sama salim ... bisa terangkat derajatnya ... disegani ... dihormati apalagi salim kan anak orang kaya dan terpandang di desa ini ... orangnya baik ... sarnaja lagi ehh sarjana  
Marbuah                     : kalau dapat si taher ... bukan sarjana malah jadi Sar Senen ... sar sapi ... parah lagi jadi Sarpaan tak iyye
Slamin                         : tak iyye .... coba jadi sama salim ... kurang apa lagi ... tangan kanan ( sambil memegang pergelangannya seraya serasa ada banyak gelang) krincing ... krincing ... krincing ... tangan kiri ... krinsing 3X ... kaki .. kroncong 3X .... belum leher ... telinga ... sama jari tangannya ... aghelirep buukkk ....

sarropa dan mattaher yang sudah dari tadi geram mendengar gosip mereka langsung berteriak ....
Mattaher                    : cukupppppp ..... cukup kalian jangan menghina sarropa lagi
Sarropa                       : sudahlah ... taher jangan denger ocehan mereka ... mereka mau berkata apa itu urusan mereka ... dan itu tidak akan mengubah ketetapan hatiku untuk memiliki dirimu sepenuhnya taher ... lebih baik kita pergi dari sini ... kita nggak perlu mendengarkan ocehan mereka .... ( seraya pergi dan menarik tangan taher )



ADEGAN 4
Perubahan set oleh penari dengan membuka tirai penutup property rumah dan kain penutup tangkringan batik
( Set panggung berganti kembali ke rumah matrawi ... mat rawi yang sedang keluar dari rumah berpapasan dengan sarropa yang lasngsung menuju tempat biasa dia membatik untuk mengisi waktu kosongnya sementara sumiati, isteri matrawi datang dengan membawa kopi dan sepiring singkong )
Sarropa                       : loh ... eppa’ hari ini nggak ke pasar pak ....
Matrawi                      : tidak ropah .. (sembari nyerubut kopi hangat yang di sajikan sumiati) hari ini tidak ada sapi yang harus dijual ,,, belum lagi harga sapi di pasaran saat ini melambung tinggi .... oh ya ... sudah selesai berapa batikmu minggu ini ? ....
Sarropa                       : hahhh ( menghela nafas ) sukurlah pak minggu ini ada 4 lembar kain lumayan ada orang pasar yang akan mengambilnya langsung kesini nanti sore ... alhamdulillah besok sarropah sudah bisa membayar uang bulanan sekolah sisanya aku tabung buat kelak kalau masuk di perguruan tinggi ...
Matrawi                      : sekolah ... lagi lagi sekolah ... apa yang kamu dapat dari sekolah itu ... kamu cuman harus membayar mahal kan untuk itu pahhh ... pah eppak mu ini selalu memikirkan masa depan kamu ... lupakan sekolah mu ... apa kamu tidak takut jika dirimu nanti di cap perawan tua oleh sanak famili dan tetangga2 di sekeliling kita ...
Sarropa                       : pak ... apapun yang mereka katakan padaku aku tidak pernah memasukkan dalam hati, aku masih ingin sekolah pak .. aku ingin mengejar cita2 ku menjadi seorang guru ... aku ingin mangabdikan ilmu ku untuk desa ini ... apa salahnya jika aku punya cita2 yang mulia ini pak ... jika orang2 sekeliling kita mempunyai anggapan sekolah itu tidak penting ... apakah seperti itu cara mereka menghormati seorang guru ... jikan bukan seorang guru bagaimana mereka bisa membaca ... apakan mereka lahir dengan langsung bisa membaca ... apakah mereka lahir sudah bisa langsung menghitung ... apakah mereka lahir sudah bisa mengaji .... apakah itu pak ?
Matrawi                      : menggertak meja) cukup pah .... ohhh jadi kamu sudah pintar menggurui dan menceramahi eppak mu ini ? hah ... itu yang kamu dapat dari sekolahmu itu agar bisa bersikap kurang ajar pada orang tua mu ini ? .... kamu ingat nasib anak perempuan itu adalah tanggung jawab orang tua ... dan anak perempuan yang baik akan selalu menuruti kata orang tua ... dan apapun yang orang tua lakukan itu semuanya hanya untuk kebaikan anaknya ... tugas orang tua mencarikan anak perempuannya suami yang pantas buat anaknya ... dan kamu ... kamu anak perempuan tidak harus bekerja ... cukup suami kamu yang bekerja pah ... dia yang akan memberikan kamu nafkah ... maka itulah kenapa eppak ingin menjodohkan kamu dengan salim anak kepala desa ini ... apa kurangnya dia pah ... kaya ... pendidikan sarjana ... trus apalagi pah ???
Sarropah                     : (terisak menangis) aku tidak mencintai salim pak ... aku hanya mencintai taher  ...
Sarropah                     : taher ... taher lagi .... sarropah, lihat eppak dan ibumu ini ... kami tidak pernah tahu apa cinta itu ... kami dulu dijodohkan tapi sampai hari ini kami baik2 saja ... ngerti pah
Sumiati                       : pak ... sudah jangan marahi sarropah terus ... apa yang kita alami itu dulu pak ... tapi sekarang semuanya berbeda pak ... apa salahnya kita juga mendengarkan anak ....
Matrawi                      : diam kamu ... sum ( menghampiri sarropa) ingat sarropa kamu harus kawin dengan salim ... harus ...
Sarropa                       : tidak pak ... sarropah tidak mau ... bapak jangan paksa sarropa
(akhirnya bapak dan anak adu ngotot untuk mempertahankan ketetapan hatinya sehingga akhirnya matrawi menghempaskan sarropah hingga terjatuh, ssecara reflek sumiati yag dari tadi duduk langsung bangkit emosinya seraya menangis )
Sumiati                       ( menghampiri matrawi) sudah kak ... sudah .... kak kemaren aku masih bisa bersabar kak .. aku masih bisa mengurut dada ini walau terasa sesak .. tapi kamu sudah keterlaluan ...
Matrawi                      : kamu juga sum ... kamu selalu membela anak tidak tahu diri ini dedepannya ... lihat jadinya ... anak ini sudah menjadi pembangkang ... lihat dengan mata kepalamu sendiri sum ... lihat
Sumiati                       : iya aku sudah melihatnya kak ... tapi melihat kelakuan semena-mena kamu itu yang aku lihat ... kamu tidak pernah mendengar kata hati anakmu ini... kamu yang tidak bisa lagi melihat perasaan diri ku kak ... kamu hanya bisa melihat kasta dan materi sehingga mengorbankan perasaan dan cita-cita anak semata wayangmu ... aku yang sakit kak ... aku yang sakit ... aku ibunya ... orang yang melahirkannya ... aku yang mengandungnya selama sembilan bulan ... aku yang menanggung beban berat selama berbulan-bulan dengan menanggung rasa sakit yang begitu berat ... kamu !! .... kalau kamu enak ... taunya cuman .... (gestur : clip !!!)

Hening sejenak....
Matrawi                      : pokoknya aku tidak mau tahu ... aku yang menjadi kepala keluarga dirumah ini .... kalian harus ikuti apa yang aku katakan .... sarropa aku akan mencari hari buat penikahan kamu dengan salim secepatnya ... mau tidak mau kamu harus kawin ... dan bakti mu kepada orang tua adalah mengikuti kata orang tua ... itu yang bisa kamu balas pada orang tua kamu dalam hidupmu ... adat tradisi harus kamu lakukan jangan menentang .... ingat itu .....

Sumiati mengajak sarropah masuk kedalam dengan isakan tangis tanpa bisa berbuat suatu apapun ...


ADEGAN 5
Di tengah emosi matrawi yang memuncak, Datanglah Dul bari dan Salim yang berniat akan meminang sarropa karena merasa sudah lampu hijau dari matrawi ...

Dul bari                       : assalamualaikum matrawi
Matrawi                      : waalaikum salam .... ohh kak dul bari ... mari silahkan duduk kak ... (hening sejenak ) oh ya ada apa gerangan yang membawa kakak ke tempat saya ... ehhh sebentar kak .... summm ... summmm
Sumiati                       : iya ( masih di pengaruhi rasa emosi karena pertengkaransebelumnya)
Matrawi                      : kamu bikinkan kopi kak dul bari dan nak salim ... hari ini kedatangan tamu istimewa ... cepat sum
Sumiati pun melaju masuk ke dalam rumah tanpa sepatah kata pun ...
Matrawi                      : oh ... iya kak ... ada apa gerangan yang membawa kak dulbari ke rumah saya ... apa ada suatu hal penting yang ingin kakak bicarakan
Dul bari                       : begini lek mat .... kedatanganku kesini tak lain ingin membicarakan tentang perjodohan antara anak mu sarropa dan salim anakku ... hal ini aku datang kesini karena kamu sudah menyetujui perjodohan ini tempo hari yang lalu ..
Matrawi                      : terus terang kak ... saya sangat senang sekali mendengar hal ini ... karena aku rasa antara salim dan sarropa ada kecocokan ... dan aku yakin mereka akan hidup bahagia nantinya ...
Salim                           : iya paman .... sejak saya melihat sarropa saya sangat menyukai anak paman ... paman beruntung sekali karena di karuniai anak perempuan yang baik ... cantik pula
Matrawi                      ; hahhahaha ... ah ada ada saja kamu salim ... sarropa itu ank yang rajin ... dan selalu berbakti pada orang tua ...
Dul bari                       : nah kalau sudah begini ... apa yang harus dipertimbangkan lagi ... salim sudah cocok ... sarropa yang notabene itu urusan kamu tentunya nggak ada masalah kan dengan perjodohan ini ...
Matrawi                      : tapi masih ada hal yang mengganjal dalam perjodohan ini kak ...
Dul bari                       : hal apa itu lek mat ...
Matrawi                      : mattaher
Dulbari                        : mattaher ? ada apa dengan mat taher
Matrawi                      : dia selalu membuatku marah ... dia selalu mengganggu sarropa ... hingga mulai hari ini sarropa tidak lagi aku ijinkan keluar rumah ... juga ke sekolah tentunya ...
Dul bari                       : (tertawa) kalau masalah mat taher kamu tidak usah khawatir ... orang tuanya masih mempunyai banyak hutang banyak hutang pada ku ... lek mat ... kamu tidak usah bingung memikirkan mattaher ... aku akan membuat strategi agar mat taher keluar dari desa ini sehingga dia tak bisa lagi mengganggu sarropa ... calon menantu ku
Matrawi                      : kalau begitu terima kasih kak
Dul bari                       : sudahlah kamu nggak usah pikirkan itu tapi aku jamin tidak akan ada keributan yang akan mattaher perbuat ... karena aku tahu bagaimana cara membuat mattaher pergi dari desa ini dan tidak mengganggu sarropa lagi ...oh ya ... bagaimana dengan hari baik yang cocok sekali dengan pernikahan anak kita nanti ... aku ingin diadakan pesta besar di rumahmu ini ... urusan biaya aku yang tanggung ...
Matrawi                      : ohh terima kasih kak ... terima kasih ... aku akan urus semuanya ... oh ya kita akan laksanakan perkawinan anak kita secepatnya ... minggu depan ... ( sementara sumiati yang sudah duduk dari tadi tak bisa berbuat apa-apa hanya kesedihan di raut mukanya dan ekspresi kaget karena terlalu cepat menentukan tgl pernikahan itu ... dia hanya memikirkan nasib anak semata wayang nya ...)


ADEGAN 6
Ketika sedang membicarakan masalah perkawinan datanglah mattaher .... semua hanya menampakkan muka sinis padanya ... hanya sumiati yang akhirnya mempersilahkan mattaher ...
Mattaher                    : assalamualaikum
( hening tak ada jawaban)
Sumiati                       : waalaikum salam nak taher ... ayo silahkan masuk ...
Matrawi                      : (perasaan emosi) ada apa kamu kesini ...
(sementara salim dan dul bari memandang sinis mattaher)
Mattaher                    : begini pak kedatangan saya ke sini ingin memberitahukan bahwa saya sangat mencintai anak bapak ... saya ingin sekali melamarnya
Matrawi                      : apa ... apa kamu tidak punya cermin dirumahmu ? hah .... siapa kamu ... kalau kamu akan melamar anakku apa yang bisa kamu berikan pada putriku itu ... kamu tahu sarropa telah aku jodohkan dengan salim anak klebun desa ini ... ngerti kamu ...
Mattaher                    : tapi pak ... kami saling mencintai ...
Matrawi                      : cinta ? ... ngerti apa kamu dengan cinta ... memangnya kamu akan memberi makan putriku cinta kelak ? dasar kamu tidak tahu diri ...
(hening sejenak)
Dul bari                       : mattaher .....   aku tahu maksud kamu kesini tapi kamu juga harus tahu satu hal ... bahwa sarropa masih ada yang berhak atas dirinya ... dan yang berhak atas diri sarropa itu adalah orang tua nya ... kamu tidak bisa memaksakan kehendakmu untuk menikahi sarropa ... orang tua sarropa lebih berhak untuk memutuskan dengan siapa sarropa kawin ... aku harap kamu bisa mengerti itu ...
Mattaher                    : tapi sarropa juga punya hak untuk menentukan dengan siapa diA menikah ... dia punya cita-cita yang selalu ingin dia gapai ... dia juga lebih mencintaiku ...
Dul bari                       : cukup ... cukup mattaher ... jika kamu meneruskan kata-kata itu aku juga juga tidak akan tinggal diam karena aku adalah calon mertua sarropah ... satu hal yang harus kamu ingat aku bisa membuat hidup kamu menyesal jika kamu memaksakan niat kamu itu ...
Mattaher                    : apa yang akan harus saya sesali pak ... saya tidak akan pernah menyesali jika saya menikahi sarropa ...  
Dul bari                       : kamu akan menyesal karena kamu akan menukar nasib orang tua mu dengan sarropa ...
Mattaher                    : nasib ? nasib orang tua saya pak ? apa maksud bapak ? orang tua saya akan menjalani nasibnya sendiri seperti yang telah digariskan dalam hidupnya
Dul bari                       : kamu ingat jika kamu mengacaukan hak orang tua sarropa ... maka aku tidak tinggal diam /... kamu tahu ....  orang tua kamu masih ada beban hutang yang banyak padaku mattaher ... dan hutang itu sudah jatuh tempo setahun yang lalu ... sekarang kamu pilih kamu menikahi sarropah atau kamu harus melihat bapak ibu kamu di penjara karena tidak mampu membayar hutang dan kamu tidak akan bisa tinggal di rumah mu lagi ...
Mattaher tertunduk lemas  ......
Dul bari                       : mattaher ... pergilah kamu dari desa ini dan jangan pernah kembali ... lupakan sarropa ... kalau kau melakukan itu kmu masih bisa melihat rumah dan orang tua kamu tersenyum ... dan aku berjanji akan melupakan hutang orang tua mu itu padaku ....
( akhirnya mattaher tertunduk dengan airmata kesedihannya ... dia keluar pulang dengan langkah gontai nya ..... sementara sumiati dan sarropa hanya bisa melihat itu semua dari balik jeruji jendela tanpa bisa berkata apapun hanya linangan airmata dan sikap pasrah ketidakberdayaannya  )
Dul bari                       : oh ya .. lek mat masalah mattaher sudah teratasi ... lalu bagaimana dengan tanggal pernikahan anak2 kita
Matrawi                      : dalam minggu ini secepatnya kak dul bari ... pasti itu

Alunan musik sedih langsung menuju sramaan serta banyak orang diantaranya kaum kerabat serta warga desa  yang sibuk mempersiapkan pesta perkawinan antara salim dan sarropa sementara di ujung panggung para penari mulai bergerak dengan irama gamelan madura sebagai tanda kegembiraan ...
Setelah semua telah mempersiapkan diri maka dimulai lah upacara adat perkawinan salim dan sarropah dengan tradisi MOKKA BLABHAR ......


bersambung .......
nantikan posting selanjutnya ..... :D